GpYlTUY0GpOiTSGlBSAlTSG0TY==

Post Scrutineering Kejurnas ITCR Mandalika 2025 Pastikan Mobil Juara Sesuai Regulasi IMI

Post Scrutineering Kejurnas ITCR Mandalika 2025 Pastikan Mobil Juara Sesuai Regulasi IMI

KANAL ONE, LOMBOK
— Seusai bendera finis dikibarkan menandai berakhirnya seluruh balapan di ajang Mandalika Festival of Speed 2025, suasana di area pit lane Pertamina Mandalika International Circuit belum sepenuhnya tenang. Di balik layar, terdapat proses penting usai lomba berlangsung yakni post scrutineering. Proses ini merupakan pemeriksaan teknis mendalam terhadap kendaraan para pemenang Kejuaraan Nasional Indonesia Touring Car Race (ITCR).

Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan seluruh mobil yang meraih podium berkompetisi sesuai dengan regulasi teknis yang ditetapkan oleh Ikatan Motor Indonesia (IMI). Proses tersebut menjadi bagian krusial dalam menjaga integritas dan keadilan olahraga balap mobil nasional.

3-Kendaraan Juara Over-All Diperiksa, Diperlakukan dengan Ketat

Direktur Utama Mandala Grand Prix Association (MGPA), Priandhi Satria, menjelaskan bahwa setelah lomba usai, beberapa mobil pemenang diambil secara sampling untuk dibawa ke area terbatas yang ditentukan oleh pihak scrutineering. Di tempat inilah, kendaraan-kendaraan tersebut menjalani pemeriksaan mesin secara detail.

“Setelah selesai balap, 3-pemenang over-all akan diambil kendaraannya dan dibawa ke area area terbatas yang ditentukan oleh pihak scrutineering. Kendaraan ini akan diperiksa sesuai regulasi,” ujar Priandhi Satria sambil menunjukkan beberapa mobil dari kelas ITCR 1200, seperti Honda Brio dan Toyota Agya.
Kelas 1200 sendiri termasuk dalam Grup N, yaitu kategori mobil standar pabrikan yang hanya diperbolehkan mengalami sedikit modifikasi. Artinya, setiap perubahan yang dilakukan harus mengikuti secara ketat pedoman dari buku regulasi IMI.

Penimbangan Mobil Juara

Sebelum dilakukan pembongkaran mesin, tahap awal post scrutineering diawali dengan penimbangan mobil juara. Mobil pemenang dari masing-masing kelas naik ke atas timbangan digital khusus untuk memastikan bobot kendaraan sesuai dengan regulasi teknis yang berlaku.

Bobot kendaraan merupakan salah satu parameter penting dalam menilai legalitas mobil balap. Jika beratnya lebih ringan dari standar minimum yang ditetapkan, maka kendaraan dianggap tidak sah untuk bertanding dan dikenakan diskualifikasi, gelar juara dicabut.

“Penimbangan ini penting karena berat mobil mempengaruhi performa di lintasan. Jadi harus sesuai dengan regulasi IMI, termasuk batas toleransi,” jelas Priandhi. Hasil penimbangan kemudian dicatat secara resmi oleh tim scrutineering, disaksikan langsung oleh mekanik dan perwakilan tim peserta.

Pemeriksaan Detail: Dari Brake Pad hingga Silinder Head
Dalam penjelasannya, Priandhi menegaskan bahwa modifikasi yang diizinkan untuk Grup N tergolong sangat terbatas. Contohnya hanya pada bagian brake pad yang boleh diganti.
“Kalau depannya sudah disc brake, brake pad-nya boleh diganti. Tapi kalau belakangnya masih tromol, tetap harus pakai bentuk tromol. Pad-nya boleh diganti, tapi sistemnya tidak boleh diubah,” jelasnya.
Namun, saat memasuki pemeriksaan mesin, aturan menjadi jauh lebih ketat. Hampir seluruh bagian mesin tidak boleh mengalami modifikasi. “Knalpot boleh diganti down-pipenya, tapi isi mesinnya seperti diameter silinder, piston, jarak langkah piston dan alur intake / exhaust, serta klep tidak boleh diubah,” tambahnya.

Proses post scrutineering kemudian dilanjutkan dengan pembongkaran sebagian mesin oleh mekanik masing-masing tim. Silinder head dicabut untuk memperlihatkan piston dan boring silinder. Pemeriksa akan mengukur diameter dan langkah piston karena kedua angka ini menentukan kapasitas mesin (cc).
“Diameternya harus sesuai dengan batas toleransi. Begitu juga langkahnya. Kalau lebih besar dari standar, berarti sudah tidak sesuai regulasi,” terang Priandhi Satria. Selain itu, ukuran valve atau klep juga diperiksa. Jika ukuran standar 40 mm, maka tidak boleh diganti atau diperbesar menjadi 42 mm.

Peran Tim Scrutineering: Menjamin Tidak Ada Pelanggaran
Pemeriksaan teknis ini dipimpin oleh Michael, penanggung jawab tim scrutineering. Ia menjelaskan bahwa tujuan utama post scrutineering adalah memastikan kendaraan tetap berada dalam batasan modifikasi yang diizinkan oleh IMI.

“Ini proses pengecekan mesin, memastikan daerah internal tidak ada yang diganti atau dimodifikasi di luar aturan. Jadi yang kami periksa ini juara 1, 2, dan 3 overall. Semuanya dicek untuk memastikan kesetaraan performa,” ungkap Michael.

Menurutnya, beberapa komponen eksternal memang masih bisa dimodifikasi, seperti sistem pengereman, downpipe, dan penggantian brake pad. Namun untuk sektor mesin, modifikasi dilarang keras. “Intake tidak boleh diubah, porting dan polishing tidak boleh dilakukan, dan kapasitas mesin harus sesuai dengan spesifikasi pabrikan,” tambahnya.

 Menjaga Fairness dan Kepercayaan Publik
Proses post scrutineering ini tidak hanya merupakan kewajiban regulasi, tetapi juga simbol komitmen MGPA dan IMI terhadap sportivitas. Dengan pemeriksaan menyeluruh terhadap mobil-mobil juara, diharapkan hasil balapan benar-benar mencerminkan kemampuan pembalap dan tim dalam mengoptimalkan mobil standar sesuai aturan.

“Tujuannya agar performa mobil tetap setara dengan spesifikasi pabrikan. Jadi kemenangan ditentukan oleh kemampuan pembalap, bukan karena mesin diubah melebihi batas,” tutur Michael Andriea chief scrutineering yang bertugas saat MFOS / KEJURNAS ITCR.

Kegiatan ini juga menjadi bentuk transparansi terhadap publik dan komunitas otomotif, bahwa Kejurnas ITCR dijalankan secara profesional dan akuntabel. Setiap mobil yang naik podium harus lolos uji kelayakan teknis, memastikan tidak ada keuntungan tersembunyi dari modifikasi ilegal.

Integritas Balap Nasional Dijaga di Mandalika
Pemeriksaan pun terus berlangsung hingga tuntas. Beberapa mekanik bekerja dengan teliti membuka komponen mesin, sementara petugas scrutineering mencatat setiap hasil pengukuran. Bagi sebagian orang, momen ini tampak teknis dan membosankan. Namun bagi dunia balap, inilah jantung dari keadilan kompetisi.

Dengan dilaksanakannya proses post scrutineering secara terbuka dan profesional di Kejurnas ITCR Mandalika 2025, MGPA dan IMI menegaskan bahwa kemenangan sejati bukan hanya tentang siapa yang tercepat di lintasan, tetapi juga tentang siapa yang bermain jujur dan patuh pada regulasi.
Seperti dikatakan Priandhi Satria di penghujung kegiatan:“Race scrutineering ini memastikan bahwa kendaraan yang digunakan balap sesuai spesifikasinya. Dengan begitu, kita menjaga agar balap nasional tetap sehat, fair, dan berintegritas.”

“MGPA bersama ITDC dengan dukungan penuh dari InJourney Holding, berkomitmen menjadikan Mandalika bukan hanya sebagai sirkuit balap internasional, tetapi juga sebagai pusat pengembangan motorsport nasional. Kami ingin Mandalika menjadi tempat lahirnya pembalap-pembalap hebat Indonesia yang bisa bersaing di tingkat dunia.”

Priandhi Satria juga menegaskan bahwa ajang Mandalika Festival of Speed merupakan momentum penting untuk memperkuat ekosistem otomotif nasional, sekaligus mendukung sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Nusa Tenggara Barat.

“Event seperti ini tidak hanya menghadirkan hiburan balap berkualitas tinggi, tetapi juga mendatangkan dampak ekonomi positif bagi masyarakat sekitar Mandalika. Kami berterima kasih kepada seluruh pihak, baik komunitas otomotif maupun publik yang telah ikut berpartisipasi menyukseskan acara Mandalika Festival of Speed putaran 3 ini,” ungkap Priandi Satria.

“Melalui kegiatan MFoS ini, kami ingin memperkuat posisi Sirkuit Mandalika sebagai pusat kegiatan motorsport nasional dan internasional, serta membuka ruang bagi pembalap muda untuk terus berkembang,” pungkas Priandhi Satria. 

Penulis: KO_05
Editor: Red

Komentar0

Bebas berkomentar. Sesuai Undang-undang Republik Indonesia. Link aktif auto sensor.

Type above and press Enter to search.