KANAL ONE, LOMBOK – Dalam pertemuan pembahasan rencana kerja sama antara Provinsi Bali, NTB, dan NTT, Gubernur NTB Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal, menegaskan pentingnya memperkuat integrasi pembangunan tiga provinsi di kawasan Bali-Nusra sebagai satu kesatuan ekonomi strategis, yang kini telah diakui dalam RPJMN dan struktur pemerintahan nasional.
“Pendekatan bahwa Bali Nusa Tenggara ini adalah satu kesatuan ekonomi, the golden triangle itu katakan golden triangle itu sudah accepted by RPJMN dan by struktur pemerintahan kita. Jadi, cara pandang all the way dari pusat sampai daerah itu sudah menempatkan kita bertiga ini memang sebagai satu frame dalam pengembangan kawasan ke depan,” kata Gubernur Iqbal di Gedung Kertha Sabha Pendopo Gubernur Bali, Senin, 3/11/2025.
Menurutnya, konsep “Golden Triangle” Bali–NTB–NTT merupakan pendekatan pembangunan yang tidak hanya memperkuat konektivitas antarwilayah, tetapi juga menghadirkan diferensiasi kawasan pertumbuhan baru di bagian timur Indonesia. Gubernur Iqbal menegaskan, potensi alam dan sosial tiga provinsi ini bersifat komplementer, bukan substitutif.
“Kalau di barat ada Bintan dan IMT-GT, maka di kawasan timur selatan, Bali-Nusa Tenggara inilah yang akan menjadi episentrum pertumbuhan baru. Ketiganya saling melengkapi, bukan saling menyaingi,” jelasnya.
Gubernur Iqbal juga memaparkan momentum kerja sama ini dinilai tepat karena bertepatan dengan proses penyusunan program dan anggaran tahun 2026. Sehingga hasil kesepakatan dapat diimplementasikan langsung ke dalam kebijakan pembangunan daerah.
Dalam paparannya, Gubernur Iqbal menyebut NTB memiliki posisi strategis sebagai penghubung antara Bali dan NTT.
“NTB bisa menjadi penghubung jembatan ekonomi dan sosial antara dua provinsi ini. Bahkan dari sisi budaya, Lombok menjadi ruang transisi yang halus antara Bali dan NTT,” ujarnya.
Namun, dirinya juga menyoroti tantangan yang dihadapi NTB, seperti keterbatasan fiskal dan angka kemiskinan yang masih sekitar 12%, dengan 2% di antaranya merupakan kemiskinan ekstrem. Untuk itu, NTB meluncurkan program Desa Berdaya dan Desa Berdaya Transformatif di 1.166 desa dan 106 desa kemiskinan ekstrem, yang digerakkan melalui kolaborasi lintas sektor: pemerintah, NGO, dunia usaha, dan filantropi.
“Banyak NGO masuk sejak 1970-an, tapi kemiskinan tetap tinggi. Masalahnya bukan kurang program, tapi kurang orkestrasi. Pemerintah provinsi sekarang bertindak sebagai orkestrator agar semua pihak bergerak serempak dengan peta jalan yang jelas,” tegasnya.
NTB disebut memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Dari sektor pertambangan, wilayah Lombok dan Sumbawa memiliki cadangan emas dan tembaga yang nilainya disebut melebihi Freeport di Papua. Dari sektor pertanian, NTB menjadi penghasil jagung terbesar di Indonesia, serta masuk 10 besar produsen beras nasional. Selain itu, NTB juga merupakan penghasil utama udang vaname, tuna, dan bawang putih.
“Potensi kami tidak kurang, tapi kami ingin belajar dari Bali dan NTT. Dari Bali tentang pengelolaan pariwisata, dari NTT tentang peternakan, sementara kami bisa berbagi tentang pengelolaan sumber daya alam dan perikanan,” ujarnya.
Gubernur NTB juga menggarisbawahi tiga bidang utama yang menjadi fokus integrasi kawasan, yaitu konektivitas logistik, sistem energi terbarukan, dan promosi pariwisata bersama.
Terkait konektivitas dan logistik, Gubernur Iqbal menilai konektivitas antarprovinsi masih menjadi hambatan utama.
“Kami sedang membangun sistem port to port dan menyiapkan pelabuhan dalam seperti Gili Mas sebagai hub logistik, serta mengembangkan Bandara Internasional Lombok menjadi pusat penerbangan kawasan timur,” jelasnya.
Terkait energi Hijau dan Super Grid, Gubernur Iqbal menyebutkan NTB dan NTT memiliki potensi besar untuk menjadi penyedia energi hijau melalui PLTS, angin, hidro, dan panas bumi. Ia mengusulkan pembangunan super grid Bali–NTB–NTT, sehingga kebutuhan energi Bali bisa sepenuhnya bersumber dari energi terbarukan kawasan timur.
Sementara itu, perihal integrasi promosi Pariwisata, Gubernur Iqbal mengusulkan agar ketiga provinsi menyatukan strategi promosi.
“Daripada promosi masing-masing, lebih baik bersama. Saat NTB promosi, sekalian membawa Bali dan NTT, begitu juga sebaliknya. Karena wisatawan melihatnya sebagai satu ekosistem: Bali–Lombok–Labuan Bajo,” katanya.
Sinergi Peternakan dan Ekonomi Rakyat
Dalam sektor ekonomi rakyat, NTB dan NTT berkomitmen memperkuat rantai pasok peternakan. NTB telah menjadi penghubung distribusi sapi dari NTT ke pasar nasional, bahkan menembus Jabodetabek dengan 52.000 ekor per tahun.
“Kerja sama ini sangat potensial, apalagi setelah 11 tahun baru tahun lalu kami diizinkan kembali melintasi Bali untuk pengiriman hewan ternak,” ujar Gubernur Iqbal sembari menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Bali.
Pertemuan di Bali menjadi kick-off kerja sama ekonomi tiga provinsi, yang akan dilanjutkan dengan penandatanganan MoU di Lombok dan pembahasan teknis di NTT pada akhir tahun. Gubernur Iqbal juga mengusulkan agar kerja sama ini diberi nama “Lesser Sunda Economic Triangle” atau “Southern Economic Triangle” yang diakhir diskusi disepakati menjadi “Kerjasama Regional Bali NTB NTT yang disingkat (KR BNN) sebagai simbol integrasi ekonomi kawasan timur.
Ia menutup paparannya dengan menegaskan bahwa kerja sama ini bukan sekadar wacana, melainkan takdir geopolitik dan ekonomi tiga provinsi.
“Saya meyakini kerja sama Bali–NTB–NTT bukan sekadar pilihan, tapi sebuah takdir. Kita bertiga memang ditakdirkan untuk bekerja sama membangun kawasan timur Indonesia.”
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Bali, I Wayan Koster, menyambut baik inisiatif kerjama ini dan menilainya sebagai upaya menghidupkan kembali semangat kebersamaan yang telah terjalin sejak masa Sunda Kecil berdasarkan Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958.
“Ini bukan nostalgia, tapi kelanjutan sejarah dan kebutuhan masa depan. Bali, NTB, dan NTT punya akar dan masa depan yang sama untuk bersinergi dan berkolaborasi,” ujarnya.
Sementara itu Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, S.Si.,Apt. dari pertemuan tersebut berharap NTT, NTB dan Bali semakin kuat secara ekonomi dan kawasan dan memulai dari aspek ekonomi dan menyebar ke aspek lain, dan apa yang menjadi kebutuhan masing-masing untuk dikerjakan kedepan.
“Pokoknya NTB, NTT dan Bali ini semakin kuat baik dari aspek ekonomi dan kawasan, dan kita mulai dari apa yang menjadi kebutuhan masing-masing”. tutupnya.
Penulis: KO_05
Editor: Red


Komentar0
Bebas berkomentar. Sesuai Undang-undang Republik Indonesia. Link aktif auto sensor.