GpYlTUY0GpOiTSGlBSAlTSG0TY==

Cipayung Plus Mataram Sepakat Tolak Paham Radikalisme

 


MATARAM - Pemuda lintas agama Cipayung Plus Kota Mataram sepakat untuk menangkal masuknya paham radikalisme ke generasi Milenial.

Kesepakatan ini terungkap saat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Mataram menggelar diskusi kebangsaan bertajuk Milenial di Bawah Cengkeraman Radikalisme di Mataram, Selasa (6/4/2021).

Diskusi ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi NTB Prof. Suprapto, Anggota DPRD Provinsi NTB Komisi V Akhdiansyah, dan Kepala Studi Pusat Pancasila dan Konstitusi Universitas Mataram, Dr. Christianto E. Purnomo.

Prof. Suprapto mengatakan aksi teror bisa saja dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Banyak organisasi garis keras yang melancarkan teror mengatasnamakan agama. Tidak saja di tanah air, di negara-negara maju seperti Amerika dan India juga ditemukan sejumlah organisasi garis keras.

"Intinya terorisme menyasar semua agama. Jadi...bentengi generasi milenial terpapar organisasi garis keras," tegas Suprapto, dalam paparannya di depan audien.

Generasi muda, lanjutnya, adalah generasi penerus keberlangsungan pembangunan bangsa. Generasi muda menjadi tulang pungung penerus tongkat estafet kepemimpinan masa kini.

"Karena itu membentengi generasi milenial terpapar paham radikalisme menjadi keharusan," tegasnya.

Pembicara lain, Chrisdianto E. Purnomo, menjelaskan pemahaman kita generasi Milenial ini seolah-olah berada di bawah cengkraman radikalisme. Tapi saya optimis generasi milenial di tanah air masih bersih. Perlu ada transfer pengetahuan tentang titik pandang idiologi. Pancasila menjadi penggerak keanekaragaman perbedaan budaya di negara ini untuk dimaknai sebagai sebuah kebersamaan.

Apa sebab generasi milenial itu lupa dengan perkembangan teknologi. Salah satu alasan karena tidak ada daya filter. Terjadi pergeseran nilai karena belajar langsung dengan teknologi. Potensi untuk menjadi radikal lebih banyak dipicu oleh faktor ekonomi dan sosial.

"Faktor kesejahteraan ini sangat penting," tegasnya.

Faktor lainnya adalah pemahaman tentang agama. Langkah pencegahannya harus melibatkan semua pihak. Ini bukan tugas pemerintah saja. Pencegahan radikalisme dilakukan di semua lini. Mulai dari keluarga, tokoh masyarakat, pemerintah dan aparat.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Akhdiansyah, mewanti-wanti generasi milenial agar terus belajar.

"Jangan sampai generasi milenial ini gagap teknologi," ujar anggota komisi V DPRD Prov NTB ini.

Organisasi garis keras yang kita kenal, lanjut Akhdiansyah, sangat mengenal teknologi. Namun sebagai generasi terkini jangan sampai menjadi objek kemajuan teknologi. Tapi juga harus menjadi subjek.

"Bom bunuh diri itu menjadi salah satu cara mengakhiri kesulitan ekonomi mereka. Karena kesulitan ekonomi mereka dengan mudah disusupi paham-paham radikal dengan membawa nama agama. Karena itu saya sepakat masyarakat kita harus sejahtera, terutama kalangan generasi milenial ini," tutup Akhdiansyah.

Dari diskusi ini, bisa diambil "benang merah" bahwa paham radikalisme harus ditangkal. Caranya, dengan membentengi pribadi menggunakan ilmu pengetahuan dan agama agar tidak terpapar paham radikalisme. (Red)

Komentar0

Bebas berkomentar. Sesuai Undang-undang Republik Indonesia. Link aktif auto sensor.

Cari Berita Lain di Google News
@tagarlombok