![]() |
| Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kota Mataram, Sofiana Mufidah |
KANAL ONE, MATARAM - Di era banjir informasi dan dominasi media besar, media lokal menghadapi tantangan serius. Tidak hanya soal persaingan pembaca, tetapi juga soal bagaimana tetap relevan di tengah perubahan pola konsumsi berita yang serba cepat dan digital.
Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kota Mataram, Sofiana Mufidah menegaskan, media lokal tidak boleh hanya fokus bertahan hidup. Media lokal, menurutnya, harus berani menemukan cara baru agar tetap dibutuhkan masyarakat, tanpa kehilangan jati diri.
“Persaingan dengan media nasional bukan soal siapa paling besar. Media lokal punya kekuatan sendiri yang tidak dimiliki media besar,” katanya.
Ia menilai media lokal hidup dari realitas daerahnya sendiri. Isu warga, kebijakan pemerintah daerah, budaya lokal, hingga persoalan sosial di tingkat bawah justru menjadi kekuatan utama media lokal.
Ia mengingatkan agar media lokal tidak tergoda meniru media nasional yang mengejar isu-isu besar dan viral saja.
“Kalau media lokal hanya meniru media nasional, lama-lama akan kehilangan identitas,” ujarnya.
Menurutnya, media lokal tidak harus selalu cepat, tetapi harus tepat. Akurasi, konteks, dan keberpihakan pada kepentingan publik jauh lebih penting daripada sekadar kejar tayang.
Tidak Sekadar Terbit, Tapi Berkualitas
Selain konten, Sofie juga menyoroti pengelolaan media lokal yang masih sering berjalan seadanya. Ia menilai media harus mulai dikelola secara profesional, meskipun dalam skala kecil.
Pembagian tugas redaksi, peningkatan kualitas SDM, dan disiplin terhadap kode etik jurnalistik menjadi hal penting yang tidak bisa diabaikan.
“Bertahan itu bukan cuma soal tetap terbit. Tapi bagaimana menjaga kualitas dan kepercayaan publik,” tegasnya.
Adaptif Digital, Jangan Terjebak Klik
Menghadapi era digital, media lokal perlu memanfaatkan teknologi dan media sosial. Namun, Ia mengingatkan agar media tidak terjebak pada praktik jurnalistik instan demi mengejar klik.
Menurutnya, mengejar trafik tanpa verifikasi justru bisa merusak kredibilitas media lokal.
“Media lokal harus bisa memanfaatkan algoritma, bukan dikendalikan olehnya,” katanya lagi.
Cari Model Bisnis yang Sehat
Soal ekonomi media, Ia mendorong media lokal agar lebih kreatif dan tidak bergantung pada satu sumber pendapatan. Ketergantungan pada iklan atau kerja sama yang tidak sehat, menurutnya, bisa mengganggu independensi redaksi.
Ia juga mendorong kerja sama dan solidaritas antar-media lokal agar tidak saling menjatuhkan di tengah persaingan yang ketat.
“Media lokal harus saling menguatkan, bukan saling mematikan,” ujarnya.
Tetap Jadi Penjaga Kepentingan Publik
Di tengah tekanan ekonomi dan persaingan digital, Sofie menegaskan bahwa peran utama media tetap sebagai pengawas sosial. Media lokal harus berani mengawal kebijakan daerah dan menyuarakan kepentingan masyarakat.
“Kalau media lokal kehilangan keberanian dan nurani, maka yang tersisa hanya nama, bukan persnya,” pungkasnya.
Pandangan ini menjadi pengingat bagi media lokal, bahwa bertahan bukan dengan mengalah, tetapi dengan memperkuat identitas, profesionalisme, dan keberpihakan pada publik.
Penulis: KO_05
Editor: Red

Komentar0
Bebas berkomentar. Sesuai Undang-undang Republik Indonesia. Link aktif auto sensor.